Oleh Pengajar SEP Shekinah
“Aku bermartabat, hidupku adalah suatu anugerah”
Bulan ke 1: Pribadi yang Dikasihi
“The still small Voice of Love” (Suara yang lembut tentang kasih)
Begitu banyak suara yang menarik perhatian kita. Ada suara yang menyatakan:”Buktikan kalau kamu adalah orang yang baik”. Suara lain mengatakan:”Kamu seharusnya merasa malu terhadap dirimu”. Ada juga suara lain berkata: “Sebenarnya tidak ada yang peduli kepadamu”, dan yang lainnya berkata:” Pastikanlah bahwa kamu dapat menjadi seorang yang sukses, populer dan berkuasa”.
Tetapi di bawah semua suara yang sangat bising itu, masih terdengar secara lembut, sebuah suara yang berbisik:”Engkau adalah yang Ku-kasihi, kebaikan-Ku akan menyertaimu”.Itulah suara yang sangat kita rindukan dan butuhkan untuk didengar. Namun untuk dapat mendengar suara itu, memerlukan usaha yang khusus; membutuhkan kesendirian batin, keheningan dan keinginan yang kuat untuk mendengarkan.
Inilah yang dinamakan dengan doa. Yaitu mendengarkan suara yang memanggil kita sebagai “yang dikasihi”.
(Diterjemahkan dari buku “Bread for the Journey”, Henri JM Nouwen, 13 Januari, hal.47)
Renungan:
Berlawanan dengan dunia yang menetapkan syarat dan kriteria tertentu bagi seseorang untuk dapat dihargai dan dikasihi, Allah mengasihi kita dengan kasih yang tak mengenal batas dan tidak berkesudahan. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yoh 3:16-17).
Maka janganlah pernah merasa ragu , kita masing-masing adalah pribadi yang sungguh berharga dan bermartabat di mata Allah. Hanya dengan kesadaran inilah kita dapat memandang dan menghargai orang lain juga sebagai sesama manusia yang bermartabat.
Refleksi pribadi
– Apa yang masih menjadi keraguan bahwa saya sesungguhnya adalah manusia yang bermartabat, bahwa saya sungguh berharga di mata Allah, bahwa saya sungguh dikasihi oleh-Nya?
– Apakah selama ini saya telah meluangkan cukup waktu untuk berjumpa dengan Dia dalam doa, Allah Bapa yang bahkan rela memberikan Putera-Nya demi kasih-Nya kepada saya, atau saya justru lebih banyak membiarkan diri saya terperangkap dalam berbagai hiruk pikuk media sosial, dalam persaingan duniawi untuk mengejar penghargaan diri melalui kesuksesan, karier, kekayaan?
Comments are closed