Oleh Petter Sandjaya
“Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” – Luk 9:60
“Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” ā Luk 9: 62
Rasanya 10 jari saya ini ga akan cukup kalau disuruh menghitung sudah berapa kali mendengar firman yang tertulis miring di atas. Tapi anehnya, sebanyak itu pula lah saya tidak paham akan jawaban Yesus kepada orang yang hendak mengikuti dia. Sepemahaman saya, ini adalah sebuah jawaban penolakan dari Yesus kepada orang yang hendak menunda keberangkatannya untuk mengikuti Dia. Aneh ya? Katanya Tuhan tidak pernah menolak semua orang.
Lucunya, ada kisah yang serupa dengan cerita Yesus dari Kitab Lukas ini, namun 180 derajat berbeda āendingā nya. Dari Kitab Perjanjian Lama, ada cerita ketika Nabi Elia memanggil Elisa untuk ikut dalam pelayanannya. Elisa pun tidak serta merta langsung mengikuti Elia. Dia meminta ijin untuk pamit dulu dengan orang tuanya. Sama seperti 2 orang yang mohon ijin kepada Yesus untuk menyelesaikan urusannya terlebih dahulu sebelum mengikuti Dia. Namun jawaban Elia lebih āwelcomeā ketimbang Yesus. āBaiklahā¦ā kata Elia.
Kenapa? Bukankah Yesus itu Tuhan? Kenapa Dia menolak orang yang mau mengikutiNya? Elia yang justru manusia, malahan lebih terkesan rendah hati dan tidak pilih-pilih. Sok jual mahal kah Yesus?
Lalu saya coba menggali lagi dari bacaan yang serupa ini. Dan kesimpulannya, saya hanya mau mengulang āquoteā yang sering kali kita dengar: āSerupa tapi tak samaā. Kisah Yesus dan Elia itu memang terdengar serupa, namun intisarinya jauh sekali berbeda. Karenanya reaksi Yesus pun berbeda. Otak saya yang jahat ini hanya mampu berpikir sampai pada apa yang tertulis. Untungnya saya diberi hasrat penasaran: āKenapa Yesus se-belagu itu?ā
Baiklah, inilah penelusuran saya. Elisa yang masih lugu itu, sangat diterima ijinnya oleh Elia untuk pamitan dulu, dikarenakan Elia udah dikabarkan oleh Tuhan kalau Elisa itu orang yang dipilih untuk jadi penerus Elia. Selain itu dalam pesan Tuhan, Elisa adalah orang ke-3 yang ga bisa dimacam-macamāin.
āMaka siapa yang terluput dari pedang Hazael akan dibunuh oleh Yehu; dan siapa yang terluput dari pedang Yehu akan dibunuh oleh Elisa.ā ā 1 Raj 19:17
Jadi, Elisa ini orang sakti, walau dia sendiri belum menyadari kesaktiannya. Istilahnya nih, kalau pakai bahasa preman, āLeher bisa geser dari tempatnyaā. Jadi buat seorang Elisa yang taat banget sama Tuhan, bahkan sudah menyaksikan kekuatan Tuhan dengan mata kepalanya sendiri, sudah barang tentu yakin Elisa akan ikut. Wong Elia dapat tugas dari Tuhan bukan untuk āmengajakā Elisa melainkan āmengurapiānya menjadi nabi. Artinya, apapun alasan Elisa, mau pamitan dulu, sembelih kerbaunya dulu, atau makan-makan dulu, intinya orang ini sudah pasti ikut Elia.
Nah, beda konteksnya nih waktu kejadian Yesus. 2 orang yang ijin pamitan dulu dengan keluarganya bisa jadi orang-orang yang belum jelas dan tidak sepenuh hati dengan pilihannya untuk mengikuti Yesus. Apalagi saya teringat akan kisah waktu saya menjalankan MLM (Multi Level Marketing) waktu masih di Indonesia dulu. Ada pantangan untuk presentasi kepada orang yang baru dikenal namun masih punya halangan, pikiran lain, dan tidak siap medengarkan presentasi. Kenapa? Karena ga akan bisa fokus pada peluang marketing yang hendak dijelaskan. Selain itu, bila orang tersebut sangat memberatkan pendapat orang rumahnya, ada baiknya melakukan presentasinya berbarengan dengan keluarganya tersebut. Karena itulah ketika 2 orang yang hendak mengikuti Yesus itu terkesan ditolak oleh Yesus, karena sepertinya Yesus tahu bahwa mereka akan berubah pikiran. Yang awalnya hanya ingin berpamitan, akan berakhir menjadi berubah pikiran.
Pernah dengar pepatah dari Lao Tsu yang berbunyi: āBila murid siap, guru pasti akan muncul.ā? Kalau saya menempatkan diri saya sebagai murid, definisi siap menurut saya adalah saya tidak akan memikirkan hal lain selain daripada ilmu yang hendak saya serap. Karena rasa excited itu membuat saya mengabaikan segala hal dan hanya fokus pada pengajaran sang guru. Bahkan saya tidak sabar menantikan pengajaran berikutnya dan mempersiapkan diri untuk pertemuan selanjutnya.
Kondisi ini sebenarnya sama seperti yang dikatakan oleh almarhum Bob Sadino, seorang pengusaha yang sering mengenakan celana pendek kemana-mana. Beliau pernah berkata: āKosongkan gelasmu dulu setiap bertemu orang baru.ā Kalau gelas kita sebagai seorang murid penuh dengan air, ilmu yang hendak dituangkan kepada kita hanya akan tumpah meluber keluar sia-sia.
Lalu, bagaimana dong nasib saya? Yang manakah yang lebih memerankan kehidupan saya sekarang? Beruntung ada kesempatan menulis artikel ini, sehingga saya sempat melakukan riset alias mikir dan berkaca tentang diri saya sendiri. Kalau kesempatan itu datang lagi, saya akan coba lebih rendah hati, lebih kosong, dan lebih hijau. Siapa tahu Allah memilih saya seperti Elisa, dan berharap dibuat jadi āsaktiā. Heheheā¦
Comments are closed