Oleh Rev. Albertus Herwanta, O. Carm
Hari ini, kita memulai tahun liturgi yang baru dengan merayakan Minggu Advent pertama. Masa Advent yang berlangsung empat Minggu mengajak kita untuk merenungkan empat tema besar, yakni pengharapan, kegembiraan, kasih, dan damai. Tema Minggu pertama adalah pengharapan.
Lewat nabi Yeremia Tuhan menyerukan, “Sungguh, waktunya akan datang, bahwa Aku akan menepati janji yang Kukatakan kepada kaum Israel dan kaum Yehuda” (Yeremia 33:14). Bagi bangsa Israel yang berada dalam pembuangan, suara itu membawa pengharapan.
Dalam sabda-Nya tentang akhir zaman dan kedatangan-Nya yang kedua, Yesus menegaskan tentang pengharapan. Di satu sisi, akhir zaman itu menakutkan (Lukas 21:25-26), di sisi lain membawa tanda pengharapan (Lukas 21:27). Yesus bersabda, “Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah kepalamu, sebab pembebasanmu sudah dekat” (Lukas 21:28).
Kita dipanggil untuk hidup dengan penuh pengharapan. Bagaimana orang hidup dalam pengharapan? Pertama, dia mempunyai visi ke depan dan tidak tenggelam dalam kesenangan jangka pendek “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan dibebani oleh pesta pora dan kemabukan, serta kekhawatiran hidup sehari-hari” (Lukas 21:34).
Kedua, dalam iman dia membuka dirinya terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi. “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu mendapat kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Putra Manusia” (Lukas 21:36).
Orang Kristen itu memiliki visi hidup yang melampaui visi dunia ini. Visi kita tidak hanya untuk mencapai rencana manusia yang berdasarkan kalkulasi manusiawi, melainkan visi ilahi atas dasar sabda Tuhan. Kekuatan untuk mewujudkan visi itu bukan hanya kekuatan jasmani, melainkan daya rohani. Salah satu bentuknya adalah doa.
Mengapa berdoa? Pertama, dengan berdoa, manusia menjalin relasi pribadi dengan Tuhan, sang sumber pengharapan. Kedua, kekuatan doa mengatasi segala keraguan dan memperteguh pengharapan.
Kita memulai perjalanan tahun liturgi baru yang melambangkan perjalanan hidup kita di dunia. Kita tidak berjalan memasuki masa depan menurut prediksi dan perhitungan manusiawi, melainkan mengarahkan pandangan ke arah tujuan yang Tuhan tetapkan. Dia menemani kita dengan menjadi manusia seperti kita. Marilah mempersiapkan diri untuk menyambut kelahiran Sang Raja pengharapan. Amin.
Comments are closed