Perlukah Melihat Kebangkitan?

Oleh Rev. Albertus Herwanta, O. Carm

Tidak seorang pun pernah melihat Yesus yang sedang bangkit dari mati. Meski demikian Gereja selalu mewartakankisah kebangkitan Yesus. Mengapa? Karena kebangkitan Tuhan adalah dasar iman kita. Tanpa iman tidak ada pengharapan. Tanpa harapan hidup kehilangan semangat.

Hari ini kita mendengarkan berita kebangkitan menurut injil Yohanes 20:1-9. Ada tiga tokoh yang tampil di sana, yakni Maria Magdalena, Simon Petrus, dan seorang murid lain (mungkin Yohanes). Ketiganya datang ke kubur dan melihat tiga hal yang berbeda.

Pertama, Maria Magdalena melihat batu penutup kubur telah digulingkan dan mengira orang telah mengambil tubuh Tuhan dari kubur (Yohanes 20:1-2). Kesimpulannya terkesan terlalu cepat. Kedua, “murid yang lain” menjenguk ke dalam kubur dan melihat kain kafan terletak di tanah (Yohanes 20:5). Akhirnya, Petrus yang datang belakangan masuk ke kubur dan melihat kain kafan terletak di tanah dan kain peluh terletak dekat kain kafan itu (Yohanes 20:6-7).

Tidak seorang pun dari mereka melihat kebangkitan Yesus. Hanya satu dari ketiganya yang melihat dan kemudian percaya (Yohanes 20:8). Dia percaya akan apa? Dia percaya akan yang dikatakan Kitab Suci, yakni bahwa Yesus harus bangkit dari antara orang mati (Yohanes 20:9).

Sesungguhnya, tidak seorang pun melihat kebangkitan Yesus. Barangkali juga tidak perlu, karena yang melihat belum tentu akan menjadi percaya. Berapa orang yang melihat mukjizat Yesus dan tetap tidak percaya? Yang terpenting bukan melihat dengan mata kepala peristiwa itu, melainkan melihat dalam iman. Seperti orang yang saling jatuh cinta mampu mengalami cinta yang orang di luar mereka tidak bisa melihatnya, demikian pula dalam mengimani kebangkitan.

Para murid tidak melihat kebangkitan Yesus, tetapi melihat Yesus yang telah bangkit. Petrus dan murid-murid lain telah makan dan minum bersama dengan Dia, setelah Dia bangkit dari antara orang mati (Kisah Rasul 10:41). Dari para rasul inilah kita mengetahui bahwa Yesus telah bangkit. Maka, iman akan Yesus yang bangkit itu kita terima lewat para rasul. Betapa pentingnya peran para rasul!

Selama hidup dan pelayanan-Nya di muka publik, berulang kali Yesus mengatakan bahwa Dia mesti menderita sengsara, wafat, dimakamkan, lalu bangkit dari antara orang mati. Kemudian Dia akan duduk di atas tahta abadi. Setelah Yesus bangkit, barulah para murid-Nya memahami sabda-Nya itu.

Santo Paulus mengajak mereka yang dibaptis dalam wafat dan kebangkitan Yesus untuk melihat perkara yang di atas, di mana Kristus berada, duduk di sebelah kanan Allah (Kolose 3:1). Kristus itu hidup kita (Kolose 3:4). Hidup kita tersembunyi di dalam Dia dan kelak kita akan menyatakan diri bersama Dia (Kolose 3:4). Tujuan akhir hidup kita bukan sesuatu yang di dunia ini.

Maria Magdalena, Petrus, dan “murid yang lain” tidak melihat peristiwa kebangkitan. Kita pun demikian. Mereka percaya dan mewartakan kebangkitan Yesus dalam kehidupan mereka; bahkan sebagian dengan kematian mereka.

Kini kita sering menghadapi orang yang tidak percaya akan Yesus yang bangkit. Hendaknya itu tidak melemahkan iman kita, melainkan memperkuatnya. Semakin iman ditantang, semakin iman kita menjadi matang.

Kebangkitan Yesus adalah dasar iman kita. Iman itu menjadi landasan harapan. Harapan menyemangati hidup kita. Apakah kita tetap percaya dan mau hidup dalam Yesus, mati bersama-Nya supaya bangkit bersama dengan Dia?

Selamat Paskah. Rahmat Paskah menjiwai hidup kita.

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Latest Comments