Oleh Rev. Albertus Herwanta, O. Carm
Kita dapat menemukan banyak pesan rohani penting dari injil hari ini (Yohanes 14:23-29). Tidak mungkin menyajikan semua itu dalam satu renungan. Karena itu, perlu dipilih dari yang banyak itu. Kali ini, kita memilih dua saja, yakni tentang tempat tinggal dan damai.
Pertama, Tuhan Yesus bersabda, “Jika seseorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia. Kami akan datang kepadanya dan tinggal bersama-sama dengan dia” (Yohanes 14:23). Ayat ini berbicara tentang tiga hal, yakni mengasihi Yesus, menuruti firman-Nya, dan buah dari melaksanakan keduanya.
Buah itu amat membahagiakan, karena Bapa dan Yesus akan tinggal bersama dengan orang yang melakukan firman-Nya itu. Artinya, dia akan menjadi tempat tinggal Bapa dan Yesus. Bukankah itu suatu kehormatan yang luar biasa? Menerima seorang presiden di rumah kita saja membuat bangga dan bahagia. Betapa lebih bahagia rasanya bila Tuhan tinggal bersama kita! Itulah yang dialami orang-orang kudus yang telah mencapai cinta kepada Tuhan secara sempurna.
Kedua, Yesus bersabda tentang damai. “Damai sejahtera Aku tinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Aku berikan kepadamu; dan apa yang Aku berikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu” (Yohanes 14:27). Ayat ini berbicara tentang dua hal, yakni damai yang Yesus berikan dan damai itu berbeda dari damai yang dunia berikan.
Yesus menyampaikan hal itu sebelum berpisah dari murid-murid-Nya (Yohanes 14:28). Betapa meneguhkan yang Tuhan Yesus berikan kepada para pengikut-Nya. Bukankah semua orang mendambakan damai? Yesus juga bersabda agar para murid-Nya tidak gelisah dan gentar.
Lebih dari itu, damai yang Tuhan Yesus berikan tidak sama dengan yang diberikan oleh dunia. Apa maksudnya? Damai dari dunia itu bersifat sementara dan amat bergantung pada faktor eksternal. Sedang damai dari Yesus itu internal, mental yang hening dan tenang kendati berada di tengah tantangan dan kesulitan.
Dua sabda Yesus itu amat relevan untuk kita. Mengapa? Pertama, kini banyak orang yang kehilangan tempat tinggal. Misalnya, para pengungsi korban perang. Mereka yang tinggal di rumah mewah pun merasa gelisah. Anggota keluarganya terpisah oleh keasyikan masing-masing; tenggelam dalam kesibukan atau permainannya sendiri. Betapa banyak orang merasa kesepian; kehilangan rumah kediaman karena tidak mengalami cinta. Tuhan ingin tinggal dalam hati mereka yang menanggapi undangan-Nya. Apakah kita mau menanggapinya?
Kedua, baik secara pribadi maupun kelompok, banyak orang kehilangan rasa damai dalam hidupnya. Betapa banyak orang yang gelisah hatinya dan lari mencari kedamaian di tempat yang salah dan menghancurkan. Dunia kita pun tidak dalam keadaan damai. Betapa kita mendambakan damai dalam hidup ini! Hanya Yesus yang dapat menjawabnya. Apakah kita mau menerima damai yang ditawarkan-Nya?
No responses yet